“IQ tahu..?”
“Intellectual quotient…”
“itu mah kepanjangannya. Artinya apa ?’
Ian mencoba menjawab. “Tingkat kecerdasan seseorang yang diukur memakai derajat kecerdasan intelektual, bisa dites pakai tes IQ, pokoknya kecerdasan yang menyangkut aspek-askpek nyata manusia. Misalnya, dalam menerima dan menangkap pelajaran. Intinya, kebanyakan orang yang IQ-nya tinggi pasti bisa dibilang pinterlah, Pak. Kecerdasan rasioanal, dua tambag dua sama dengan empat.”
“Kalo EQ..?”
“Emotional Quotient…adalah tingkat ukur buat Emotional Intelligent atau kecerdasan emosional, yang sudah diakui lebih penting daripada IQ karena Kecerdasan emosional mengambil aspek-aspek tidak nyata dari kecerdasan manusia…”
“Kenapa EQ lebih penting daripada IQ ?”
“karena EQ memberikan gambaran tentang sikap manusia akan dirinya yang sudah pasti punya emosi. Emosi inilah yang memegang peranan penting bagi manusia karena emosi kalo bisa dikendalikan akan sangat membantu manusia, dan kalo tidak bisa dikendalikan maka akan sangat berbahaya.”
“Contohnya…”
“Seorang mahasiswa yang pintar banget-pintar fisika, matematika dan semuanya yang selalu dapat nilai A, suatu hari dia dapat nilai B dari profesornya. Emosinya pun meluap dan langsung mengambil pisau untuk menusuk dosennya…”
“Tapi kan dia cerdas…”
“Dia memang cerdas. Kalo nggak cerdas banget gimana bisa dapat nilai A terus? Tapi dia nggak cerdas secara emosi. IQ-nya tinggi tapi EQ-nya jongkok”
“Emosi bisa ditolak nggak..?”
“Nggak. Emosi nggak kulunuwun, Pak. Kalo dateng, ya tau-tau dateng aja da ngga nyadar kita sudah emosi. Emosi ngga bisa ditolak, cuma bisa dikendalikan makanya kita perlu punya EQ juga, bukan hanya IQ.”
“Otak menurut penelitian terakhir terbagi menjadi berapa.?”
“Dua !”
“Apa aja ?”
“Otak rasional namanya Neocortex, delapan puluh persen dari otak adalah Neocortex.”
“Satu lagi…”
“Nah ini dia, Pak. Namanya Limbic System, Otak Emosional kita, dari sini semua emosi berasal. Limbic system hanya punya tempat dua puluh persen di otak, tapi megang peranan yang sangat penting. Di Limbic system, emosi dateng tanpa undangan atau SMS atau nelpon dulu. Makanya, kalo mau ngendaliin sesuatu kita harus tau tempatnya di mana. Jadi, kalo kita emosi berarti Limbic System kita lagi kerja. Limbic system kecil-kecil cabe rawit. Kalo nggak hati-hati sama dia bisa bahaya.”
“Ada dua skills atau keahlian yang diperlukan di kecerdasan emosional. Apa saja ?”
“Intrapersonal Skills sama Interpersonal skills, Pak ! Yang suka ada di kolom lowongan kerja itu lho…good intrapersonal and Interpersonal skills..”
“Interpersonal skills itu apa ?”
“Kemampuan manusia untuk bergaul, mengerti emosi orang lain, membaca emosi yang terjadi di sekitarnya, kemampuan manusia untuk memahami orang lain, dan mengerti orang lain, kalo bahasa anak mudanya kemampuan untuk ngga jadi orang yang “garing”
Gue juga tua-tua gini tahu arti “garing”, emang lo doang ? batin sang dosen yang diam-diam bangga sama mahasiswanya ini.
“Kalo Intrapersonal Skills ?”
“Kemampuan manusia untuk mengerti dan mengendalikan emosi yang lagi ada dalam dirinya. Kalo tadi Interpersonal keluar diri, yang sekarang intra ke dalam diri sendiri. Contohnya, ngga langsung down kalo ada masalah, selalu bersemangat, tekun, kalo lagi ada masalah langsung bangkit bukannya tenggelam dalam pikiran negatif, selalu bangkit lagi, nggak pernah nyerah kalo ada masalah, ngga pernah nyerah kalo nemuin hambatan, Pak………
“Intellectual quotient…”
“itu mah kepanjangannya. Artinya apa ?’
Ian mencoba menjawab. “Tingkat kecerdasan seseorang yang diukur memakai derajat kecerdasan intelektual, bisa dites pakai tes IQ, pokoknya kecerdasan yang menyangkut aspek-askpek nyata manusia. Misalnya, dalam menerima dan menangkap pelajaran. Intinya, kebanyakan orang yang IQ-nya tinggi pasti bisa dibilang pinterlah, Pak. Kecerdasan rasioanal, dua tambag dua sama dengan empat.”
“Kalo EQ..?”
“Emotional Quotient…adalah tingkat ukur buat Emotional Intelligent atau kecerdasan emosional, yang sudah diakui lebih penting daripada IQ karena Kecerdasan emosional mengambil aspek-aspek tidak nyata dari kecerdasan manusia…”
“Kenapa EQ lebih penting daripada IQ ?”
“karena EQ memberikan gambaran tentang sikap manusia akan dirinya yang sudah pasti punya emosi. Emosi inilah yang memegang peranan penting bagi manusia karena emosi kalo bisa dikendalikan akan sangat membantu manusia, dan kalo tidak bisa dikendalikan maka akan sangat berbahaya.”
“Contohnya…”
“Seorang mahasiswa yang pintar banget-pintar fisika, matematika dan semuanya yang selalu dapat nilai A, suatu hari dia dapat nilai B dari profesornya. Emosinya pun meluap dan langsung mengambil pisau untuk menusuk dosennya…”
“Tapi kan dia cerdas…”
“Dia memang cerdas. Kalo nggak cerdas banget gimana bisa dapat nilai A terus? Tapi dia nggak cerdas secara emosi. IQ-nya tinggi tapi EQ-nya jongkok”
“Emosi bisa ditolak nggak..?”
“Nggak. Emosi nggak kulunuwun, Pak. Kalo dateng, ya tau-tau dateng aja da ngga nyadar kita sudah emosi. Emosi ngga bisa ditolak, cuma bisa dikendalikan makanya kita perlu punya EQ juga, bukan hanya IQ.”
“Otak menurut penelitian terakhir terbagi menjadi berapa.?”
“Dua !”
“Apa aja ?”
“Otak rasional namanya Neocortex, delapan puluh persen dari otak adalah Neocortex.”
“Satu lagi…”
“Nah ini dia, Pak. Namanya Limbic System, Otak Emosional kita, dari sini semua emosi berasal. Limbic system hanya punya tempat dua puluh persen di otak, tapi megang peranan yang sangat penting. Di Limbic system, emosi dateng tanpa undangan atau SMS atau nelpon dulu. Makanya, kalo mau ngendaliin sesuatu kita harus tau tempatnya di mana. Jadi, kalo kita emosi berarti Limbic System kita lagi kerja. Limbic system kecil-kecil cabe rawit. Kalo nggak hati-hati sama dia bisa bahaya.”
“Ada dua skills atau keahlian yang diperlukan di kecerdasan emosional. Apa saja ?”
“Intrapersonal Skills sama Interpersonal skills, Pak ! Yang suka ada di kolom lowongan kerja itu lho…good intrapersonal and Interpersonal skills..”
“Interpersonal skills itu apa ?”
“Kemampuan manusia untuk bergaul, mengerti emosi orang lain, membaca emosi yang terjadi di sekitarnya, kemampuan manusia untuk memahami orang lain, dan mengerti orang lain, kalo bahasa anak mudanya kemampuan untuk ngga jadi orang yang “garing”
Gue juga tua-tua gini tahu arti “garing”, emang lo doang ? batin sang dosen yang diam-diam bangga sama mahasiswanya ini.
“Kalo Intrapersonal Skills ?”
“Kemampuan manusia untuk mengerti dan mengendalikan emosi yang lagi ada dalam dirinya. Kalo tadi Interpersonal keluar diri, yang sekarang intra ke dalam diri sendiri. Contohnya, ngga langsung down kalo ada masalah, selalu bersemangat, tekun, kalo lagi ada masalah langsung bangkit bukannya tenggelam dalam pikiran negatif, selalu bangkit lagi, nggak pernah nyerah kalo ada masalah, ngga pernah nyerah kalo nemuin hambatan, Pak………
mas, asik banget blognya. jadi pengen ni!!!!!
BalasHapus